Pengaruh Penambahan Tepung Daun Jambu Biji Padaransum Puyuh Petelur (Coturnix coturnix japonica) Terhadap Kondisi Kesehatan Masa Awal Produksi
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung daun jambu biji pada ransum puyuh petelur terhadap kondisi kesehatan masa awal produksi. Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah wawasan dan memberikan informasi terkait penambahan tepung daun jambu biji pada ransum puyuh petelur khususnya pada kondisi kesehatan masa awal produksi. Materi yang digunakan berupa objek puyuh betina umur 42 hari dengan jumlah 240 ekor. Variabel yang diamati adalah perubahan bobot badan, mortalita, kadar air ekskreta, dan presentase abormalitas cangkang telur. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 6 ulangan. P0 : 100% pakan kontrol tanpa tambahan tepung daun jambu biji, P1 : 100% pakan kontrol + Tepung daun jambu biji 0,5% , P2 : 100% pakan kontrol + Tepung daun jambu biji 1,0%, P3 : 100% pakan kontrol + Tepung daun jambu biji 1,5% . Hasil penelitian ini menujukan bahwa penambahan tepung daun jambu biji sampai taraf 1,5% pada ransum puyuh petelur masa awal produksi berpengaruh tidak nyata (P<0,05) terhadap perubahan bobot badan dengan nilai rata-rata tertinggi pada perlakuan P1 sebesar 21,95%, mortalitas dengan rataan tertinggi pada perlakuan P0 sebesar 0,08%. Tetapi berpengaruh nyata pada kadar air ekskreta pada minggu pertama pada perlakuan P1 dengan rataan pada minggu pertama sebesar 44,05% dan berpengaruh nyata terhadap presentase abnormalitas cangkang telur pada minggu pertama yang memiliki nilai rataan tertinggi pada perlakuan P3 sebesar 2,84%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan tempung daun jambu biji sampai taraf 1,5% berpengaruh tidak nyata (P<0,05) pada kondisi kesehatan puyuh masa awal produksi terutama perubahan bobot badan, mortalitas, tetapi berpengaruh nyata terhadap kadar air ekskreta minggu pertama dengan nilai terendah pada perlakuan P2 sebesar 42,25% dan abnormalitas cangkang telur pada minggu pertama dengan nilai terendah pada perlakuan P1 sebesar 0,00%.