Akurasi Peternak Dalam Memprediksi Bobot Badan Sapi Potong Secara Visual sebagai Implikasi Penentuan Harga Jual Sapi

Authors

  • Frediansyah Firdaus Pusat Riset Peternakan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Cibinong, Bogor, 16911.
  • Mozart Nuzul Aprilliza Pusat Riset Peternakan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Cibinong, Bogor, 16911.
  • Dicky Pamungkas Pusat Riset Peternakan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Cibinong, Bogor, 16911.

Abstract

Penelitian bertujuan untuk menilai akurasi peternak dalam memprediksi bobot badan sapi potong sebagai implikasi penentuan harga jual sapi. Kemampuan prediksi bobot badan sapi secara visual oleh peternak dibandingkan dengan hasil penimbangan digital satuan kg. Penelitian menggunakan 138 ekor sapi yang diperoleh dari 138 peternak pada usaha pembiakan sapi potong di Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Pamekasan. Data diambil dengan kategorisasi berupa karakteristik peternak (umur, pendidikan, dan lama beternak), bangsa sapi (Madura, dan Peranakan Ongole), dan status fisiologis sapi (pedet, muda, indukan dan pejantan). Peternak diminta mengestimasi bobot hidup sapi secara visual (penaksiran) dan mengestimasi harga sapi sebelum dilakukan penimbangan bobot badan menggunakan timbangan digital dengan satuan kg. Variabel yang diamati yaitu bobot badan (taksir dan timbang) dan harga sapi (taksir dan timbang). Bobot badan dan harga sapi secara visual dibandingkan dengan penimbangan digital menggunakan nilai akurasi. Hasil penelitian menunjukkan, 126 orang (91%), peternak berada pada usia produktif (< 55 tahun). Mayoritas pendidikan tidak sekolah-sekolah dasar (82,7%), dan lama beternak di bawah 20 tahun (80,4%). Mayoritas sapi yang dipelihara adalah sapi indukan. Rerata, peternak mampu memprediksi bobot badan sapi sebesar 88,13%. Berdasarkan karakteristik peternak, prediksi dengan akurasi di atas 90% adalah usia <25 tahun, dan 36-45 tahun, dengan lama beternak 6-20 tahun. Status fisiologis yang paling besar prediksi akurasinya oleh peternak adalah sapi pedet dan muda pada sapi PO dan pedet pada sapi Madura. Sedangkan, status fisiologis yang paling rendah nilai akurasinya adalah sapi pejantan pada sapi PO, dan sapi muda pada sapi Madura. Harga sapi tertinggi ada pada sapi usia pedet dan muda berkisar Rp. 45.607-Rp. 64.717/kg, sedangkan sapi pejantan dan indukan, relatif lebih murah dengan harga berkisar Rp. 35.380-Rp. 37.586/kg. Disimpulkan, peternak telah mampu memprediksi bobot badan dan harga sapi dengan baik, namun untuk meningkatkan nilai akurasinya, peternak dapat memanfaatkan rumus prediksi bobot badan sapi sebagai pembanding.

Downloads

Published

2023-05-04